Teori Motivasi McClelland & Teori Dua Faktor Hezberg
Pengertian Motivasi
Menurut
Sondang P. Siagian sebagaimana dikutip oleh Soleh Purnomo (2004:36) menyatakan
bahwa motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota
organisasi mau dan rela untuk menggerakkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau
ketrampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang
menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian
tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.
Soleh
Purnomo (2004:37) menyatakan ada tiga faktor sebagai sumber motivasi yaitu
1. Kemungkinan untuk
berkembang,
2. Jenis pekerjaan, dan
3. Apakah mereka dapat
merasa bangga menjadi bagi dari perusahaan tempat mereka bekerja.
Disamping itu ada
beberapa aspek yang berpengaruh terhadap motivasi kerja individu, yaitu rasa
aman dalam bekerja, mendapatkan gaji yang adil dan kompetitif, lingkungan kerja
yang menyenangkan, penghargaan atas prestasi kerja dan perlakuan yang adil dari
manajemen.
Dengan melibatkan karyawan dalam pengambilan
keputusan, pekerjaan yang menarik dan menantang, kelompok dan rekan-rekan kerja
yang menyenangkan, kejelasan akan standar keberhasilan serta bangga terhadap
pekerjaan dan perusahaan dapat menjadi faktor pemicu kerja karyawan.
Pada dasarnya motivasi
individu dalam bekerja dapat memacu karyawan untuk bekerja keras sehingga dapat
mencapai tujuan mereka. Hal ini akan meningkatkan produktivitas kerja individu
yang berdampak pada pencapaian tujuan dari organisasi. Disamping itu ada
beberapa aspek yang berpengaruh terhadap motivasi kerja individu, yaitu rasa
aman dalam bekerja, mendapatkan gaji yang adil dan kompetitif, lingkungan kerja
yang menyenangkan, penghargaan atas prestasi kerja dan perlakuan yang adil dari
manajemen. Dengan melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan, pekerjaan
yang menarik dan menantang, kelompok dan rekan-rekan kerja yang menyenangkan,
kejelasan akan standar keberhasilan serta bangga terhadap pekerjaan dan
perusahaan dapat menjadi faktor pemicu kerja karyawan.
Teori dan model
motivasi, dan dipromosikan dalam perbaikan metode penilaian karyawan, serta
advokasi berbasis kompetensi penilaian dan tes. Ide nya telah diadopsi secara
luas di berbagai organisasi, dan berkaitan erat dengan teori Frederick
Herzberg.
David McClelland dikenal
menjelaskan tiga jenis motivasi, yang diidentifikasi dalam buku ”The Achieving
Society”:
1. Motivasi untuk
berprestasi (n-ACH)
2. Motivasi untuk berkuasa
(n-pow)
3. Motivasi untuk
berafiliasi/bersahabat (n-affil)
Model Kebutuhan Berbasis Motivasi McClelland
David
McClelland (Robbins, 2001 : 173) dalam teorinya Mc.Clelland’s Achievment
Motivation Theory atau teori motivasi prestasi McClelland juga digunakan untuk
mendukung hipotesa yang akan dikemukakan dalam penelitian ini. Dalam teorinya
McClelland mengemukakan bahwa individu mempunyai cadangan energi potensial,
bagaimana energi ini dilepaskan dan dikembangkan tergantung pada kekuatan atau
dorongan motivasi individu dan situasi serta peluang yang tersedia.
Teori
ini memfokuskan pada tiga kebutuhan yaitu kebutuhan akan prestasi (achiefment),
kebutuhan kekuasaan (power), dan kebutuhan afiliasi. Model motivasi ini
ditemukan diberbagai lini organisasi, baik staf maupun manajer. Beberapa
karyawan memiliki karakter yang merupakan perpaduan dari model motivasi
tersebut.
A. Kebutuhan akan prestasi
(n-ACH)
Kebutuhan akan prestasi merupakan dorongan untuk mengungguli,
berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk sukses.
Kebutuhan ini pada hirarki Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan
dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Ciri-ciri inidividu yang menunjukkan
orientasi tinggi antara lain bersedia menerima resiko yang relatif tinggi,
keinginan untuk mendapatkan umpan balik tentang hasil kerja mereka, keinginan
mendapatkan tanggung jawab pemecahan masalah. n-ACH adalah motivasi untuk
berprestasi , karena itu karyawan akan berusaha mencapai prestasi tertingginya,
pencapaian tujuan tersebut bersifat realistis tetapi menantang, dan kemajuan
dalam pekerjaan. Karyawan perlu mendapat umpan balik dari lingkungannya sebagai
bentuk pengakuan terhadap prestasinya tersebut.
B. Kebutuhan akan kekuasaan
(n-pow)
Kebutuhan akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang lain
berperilaku dalam suatu cara dimana orang-orang itu tanpa dipaksa tidak akan
berperilaku demikian atau suatu bentuk ekspresi dari individu untuk
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain. Kebutuhan ini pada teori Maslow
terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri.
McClelland menyatakan bahwa kebutuhan akan kekuasaan sangat berhubungan dengan
kebutuhan untuk mencapai suatu posisi kepemimpinan.
n-pow adalah motivasi terhadap kekuasaan. Karyawan memiliki motivasi untuk berpengaruh terhadap lingkungannya, memiliki karakter kuat untuk memimpin dan memiliki ide-ide untuk menang. Ada juga motivasi untuk peningkatan status dan prestise pribadi.
n-pow adalah motivasi terhadap kekuasaan. Karyawan memiliki motivasi untuk berpengaruh terhadap lingkungannya, memiliki karakter kuat untuk memimpin dan memiliki ide-ide untuk menang. Ada juga motivasi untuk peningkatan status dan prestise pribadi.
C. Kebutuhan untuk
berafiliasi atau bersahabat (n-affil)
Kebutuhan akan Afiliasi adalah hasrat untuk berhubungan antar
pribadi yang ramah dan akrab. Individu merefleksikan keinginan untuk mempunyai
hubungan yang erat, kooperatif dan penuh sikap persahabatan dengan pihak lain.
Individu yang mempunyai kebutuhan afiliasi yang tinggi umumnya berhasil dalam
pekerjaan yang memerlukan interaksi sosial yang tinggi. McClelland mengatakan
bahwa kebanyakan orang memiliki kombinasi karakteristik tersebut, akibatnya
akan mempengaruhi perilaku karyawan dalam bekerja atau mengelola organisasi. Karakteristik
dan sikap motivasi prestasi ala Mcclelland:
a. Pencapaian adalah lebih
penting daripada materi.
b. Mencapai tujuan atau
tugas memberikan kepuasan pribadi yang lebih besar daripada menerima pujian
atau pengakuan.
c. Umpan balik sangat
penting, karena merupakan ukuran sukses (umpan balik yang diandalkan,
kuantitatif dan faktual).
Penelitian David
Mcclelland
Penelitian McClelland
terhadap para usahawan menunjukkan bukti yang lebih bermakna mengenai motivasi
berprestasi dibanding kelompok yang berasal dari pekerjaan lain. Artinya para
usahawan mempunyai n-ach yang lebih tinggi dibanding dari profesi lain. Kewirausahaan
adalah merupakan kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan
sumberdaya untuk mencari peluang sukses (Suryana, 2006). Kreativitas adalah
kemampuan mengembangkan ide dan cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan
menemukan peluang (Suryana, 2006). Inovasi adalah kemampuan menerapkan
kreativitas dalam rangka memecahkan masalah dan menemukan peluang (Suryana,
2006). Ciri-ciri pokok peranan kewirausahaan (McClelland, 1961 dalam Suyanto,
1987) meliputi Perilaku kewirausahaan, yang mencakup memikul risiko yang tidak
terlalu besar sebagai suatu akibat dari keahlian dan bukan karena kebetulan, kegiatan
yang penuh semangat dan/atau yang berdaya cipta, tanggung jawab pribadi, serta
pengetahuan tentang hasil-hasil keputusan; uang sebagai ukuran atas hasil. Ciri
lainnya, minat terhadap pekerjaan kewirausahaan sebagai suatu akibat dari
martabat dan ‘sikap berisiko’ mereka. Seorang wirausaha adalah risk taker. Risk
taker dimaksudkan bahwa seorang wirausaha dalam membuat keputusan perlu
menghitung risiko yang akan ditanggungnya. Peranan ini dijalankan karena dia
membuat keputusan dalam keadaan tidak pasti. Wirausaha mengambil risiko yang
moderat, tidak terlalu tinggi (seperti penjudi), juga tidak terlalu rendah
seperti orang yang pasif (Hanafi, 2003). Dari hasil penelitiannya, McClelland
(1961) menyatakan bahwa dalam keadaan yang mengandung risiko yang tak terlalu
besar, kinerja wirausaha akan lebih tergantung pada keahlian- atau pada
prestasi – dibanding pekerjaan lain. Seorang wirausaha untuk melakukan inovasi
atau pembaharuan perlu semangat dan aktif. Mereka bisa bekerja dalam waktu yang
panjang, misal 70 jam hingga 80 jam per minggu. Bukan lama waktu yang penting,
namun karena semangatnya mereka tahan bekerja dalam waktu yang panjang. Bagi
individu yang memiliki n-ach tinggi tidak begitu tertarik pada pengakuan
masyarakat atas sukses mereka, akan tetapi mereka benar-benar memerlukan suatu
cara untuk mengukur seberapa baik yang telah dilakukan.
Dari penelitiannya,
McClelland menyimpulkan bahwa kepuasan prestasi berasal dari pengambilan
prakarsa untuk bertindak sehingga sukses, dan bukannya dari pengakuan umum
terhadap prestasi pribadi. Selain itu juga diperoleh kesimpulan bahwa orang
yang memiliki n-ach tinggi tidak begitu terpengaruh oleh imbalan uang, mereka
tertarik pada prestasi. Standar untuk mengukur sukses bagi wirausaha adalah
jelas, misal laba, besarnya pangsa pasar atau laju pertumbuhan penjualan.
Teori Dua Faktor Hezberg
Frederick
Herzberg (Hasibuan, 1990 : 177) mengemukakan teori motivasi berdasar teori dua
faktor yaitu faktor higiene dan motivator. Dia membagi kebutuhan Maslow menjadi
dua bagian yaitu kebutuhan tingkat rendah (fisik, rasa aman, dan sosial) dan
kebutuhan tingkat tinggi (prestise dan aktualisasi diri) serta mengemukakan
bahwa cara terbaik untuk memotivasi individu adalah dengan memenuhi kebutuhan
tingkat tingginya. Menurut Hezberg, faktor-faktor seperti kebijakan,
administrasi perusahaan, dan gaji yang memadai dalam suatu pekerjaan akan menentramkan
karyawan. Bila faktor-faktor ini tidak memadai maka orang-orang tidak akan
terpuaskan (Robbins,2001:170).
Menurut
hasil penelitian Herzberg ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam
memotivasi bawahan (Hasibuan, 1990 : 176) yaitu :
1. Hal-hal yang mendorong
karyawan adalah pekerjaan yang menantang yang mencakup perasaan berprestasi,
bertanggung jawab, kemajuan, dapat menikmati pekerjaan itu sendiri dan adanya
pengakuan atas semua itu.
2. Hal-hal yang
mengecewakan karyawan adalah terutama pada faktor yang bersifat embel-embel
saja dalam pekerjaan, peraturan pekerjaan, penerangan, istirahat dan lain-lain
sejenisnya.
3. Karyawan akan kecewa
bila peluang untuk berprestasi terbatas. Mereka akan menjadi sensitif pada
lingkungannya serta mulai mencari-cari kesalahan.
Herzberg menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu :
Herzberg menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu :
a. Maintenance Factors
Adalah
faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin
memperoleh ketentraman badaniah. Kebutuhan kesehatan ini merupakan kebutuhan
yang berlangsung terus-menerus, karena kebutuhan ini akan kembali pada titik
nol setelah dipenuhi.
b. Motivation Factors
Adalah
faktor motivator yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang yaitu perasaan
sempurna dalam melakukan pekerjaan. Factor motivasi ini berhubungan dengan
penghargaan terhadap pribadi yang berkaitan langsung denagn pekerjaan.
Penerapan
Teori Dua Faktor Herzberg Dalam Organisasi Dalam kehidupan organisasi,
pemahaman terhadap motivasi bagi setiap pemimpin sangat penting artinya, namun
motivasi juga dirasakan sebagai sesuatu yang sulit. Hal ini dikemukakan oleh
Wahjosumidjo (1994 : 173) sebagai berikut :
a. Motivasi sebagai suatu
yang penting (important subject) karena peran pemimpin itu sendiri kaitannya
dengan bawahan. Setiap pemimpin tidak boleh tidak harus bekerja bersama-sama
dan melalui orang lain atau bawahan, untuk itu diperlukan kemampuan memberikan motivasi
kepada bawahan.
b. Motivasi sebagai suatu
yang sulit (puzzling subject), karena motivasi sendiri tidak bisa diamati dan
diukur secara pasti. Dan untuk mengamati dan mengukur motivasi berarti harus
mengkaji lebih jauh perilaku bawahan. Disamping itu juga disebabkan adanya teori
motivasi yang berbeda satu sama lain.
Untuk memahami motivasi karyawan digunakan teori motivasi dua arah
yang dikemukakan oleh Herzberg:
Ø Teori yang dikembangkan
oleh Herzberg berlaku mikro yaitu untuk karyawan atau pegawai pemerintahan di
tempat ia bekerja saja. Sementara teori motivasi Maslow misalnya berlaku makro
yaitu untuk manusia pada umumnya.
Ø Teori Herzberg lebih
eksplisit dari teori hirarki kebutuhan Maslow, khususnya mengenai hubungan
antara kebutuhan dengan performa pekerjaan. Teori ini dikemukakan oleh
Frederick Herzberg tahun 1966 yang merupakan pengembangan dari teori hirarki
kebutuhan menurut Maslow.
Teori Herzberg
memberikan dua kontribusi penting bagi pimpinan organisasi dalam memotivasi
karyawan. Pertama, teori ini lebih eksplisit dari teori hirarki kebutuhan
Maslow, khususnya mengenai hubungan antara kebutuhan dalam performa pekerjaan.
Kedua, kerangka ini membangkitkan model aplikasi, pemerkayaan pekerjaan
(Leidecker and Hall dalam Timpe, 1999 : 13).
Berdasarkan hasil
penelitian terhadap akuntan dan ahli teknik Amerika Serikat dari berbagai
Industri, Herzberg mengembangkan teori motivasi dua faktor (Cushway and Lodge,
1995 : 138). Menurut teori ini ada dua faktor yang mempengaruhi kondisi
pekerjaan seseorang, yaitu faktor pemuas (motivation factor) yang disebut juga
dengan satisfier atau intrinsic motivation dan faktor kesehatan (hygienes) yang
juga disebut disatisfier atau ekstrinsic motivation.
Teori Herzberg ini
melihat ada dua faktor yang mendorong karyawan termotivasi yaitu faktor
intrinsik yaitu daya dorong yang timbul dari dalam diri masing-masing orang,
dan faktor ekstrinsik yaitu daya dorong yang datang dari luar diri seseorang,
terutama dari organisasi tempatnya bekerja. Jadi karyawan yang terdorong secara
intrinsik akan menyenangi pekerjaan yang memungkinnya menggunakan kreaktivitas
dan inovasinya, bekerja dengan tingkat otonomi yang tinggi dan tidak perlu
diawasi dengan ketat. Kepuasan disini tidak terutama dikaitkan dengan perolehan
hal-hal yang bersifat materi. Sebaliknya, mereka yang lebih terdorong oleh
faktor-faktor ekstrinsik cenderung melihat kepada apa yang diberikan oleh
organisasi kepada mereka dan kinerjanya diarahkan kepada perolehan hal-hal yang
diinginkannya dari organisasi (dalam Sondang, 2002 : 107).
Adapun yang merupakan
faktor motivasi menurut Herzberg adalah: pekerjaan itu sendiri (the work it
self), prestasi yang diraih (achievement), peluang untuk maju (advancement),
pengakuan orang lain (ricognition), tanggung jawab (responsible).
Menurut Herzberg faktor
hygienis/extrinsic factor tidak akan mendorong minat para pegawai untuk
berforma baik, akan tetapi jika faktor-faktor ini dianggap tidak dapat
memuaskan dalam berbagai hal seperti gaji tidak memadai, kondisi kerja tidak menyenangkan,
faktor-faktor itu dapat menjadi sumber ketidakpuasan potensial (Cushway &
Lodge, 1995 : 139).
Sedangkan faktor
motivation/intrinsic factor merupakan faktor yang mendorong semangat guna
mencapai kinerja yang lebih tinggi. Jadi pemuasan terhadap kebutuhan tingkat
tinggi (faktor motivasi) lebih memungkinkan seseorang untuk berforma tinggi
daripada pemuasan kebutuhan lebih rendah (hygienis) (Leidecker & Hall dalam
Timpe, 1999 : 13). Dari teori Herzberg tersebut, uang/gaji tidak dimasukkan
sebagai faktor motivasi dan ini mendapat kritikan oleh para ahli. Pekerjaan
kerah biru sering kali dilakukan oleh mereka bukan karena faktor intrinsik yang
mereka peroleh dari pekerjaan itu, tetapi kerena pekerjaan itu dapat memenuhi
kebutuhan dasar mereka (Cushway & Lodge, 1995 : 139).
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar